Manusia menurut Al-Quran,
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber dari gumpalan tanah tersebut,
memenuhi ala manusia, bukan ala binatang. Demikian pula dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rohaniah pun ala manusia bukan ala malaikat. Kalau tidak,
ia akan menjadi binatang atau malaikat, yang keduanya akan membawa ia jauh dari
hakikat kemanusiannya.
Hubungan persahabatan
antara manusia dengan alam sekitarnya digambarkan oleh kehidupan sehari-hari
Rasul umat islam, sehingga memberikan nama bagi benda-benda yang dimilikinya,
walaupun sekedar gelas, cermin, pelana, tikar, pedang, kuda, unta, dan
sebagainya, untuk menggambarkan hubungan persahabatan ini, seakan-akan benda
itu mempunyai personalitas tersendiri.
Demikian pula dinyatakan
tegas oleh Al-Quran bahwa banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh
pikiran manusia ini, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal
menyangkut hakikat manusia, seperti:
Kebanyakan
manusia tidak mengatahui, yang mereka ketahui hanyalah fenomena kehidupan
manusia duniawi (QA. 30 : 6-7).
(1) Mereka bertanya tentang
roh, katakanlah bahwa roh adalah urusan Tuhanku, dan kamu tidak diberi
pengetahuan kecuali sedikit (QS. 17 : 85).
(2) Suatu jiwa tidak
mengetahui di daerah mana ia mati (QS. 31-34).
(3) Ayah ibunya atau
anak-anakmu tidak engkau ketahui mana yang lebih banyak materi manfaat untukmu
(QS. 4 : 19).
(4) Kemungkinan engkau
menyenangi sesuatu padahal hal tersebut jelek untukmu (QS. 2 : 216)
1 komentar:
saya suka artikel iniii
Posting Komentar